Kamis, 18 Agustus 2016

[Review] Dongeng Pengantar Tidur “Cerita Rakyat”



Judul                     : Asal Mula Reog Ponorogo
Penulis                  : Tira Ikranegara
Penerbit                : Serba Jaya Surabaya
Cetakan                 : Pertama, 2008
Halaman                : 64 hlm

Mendongeng adalah sebuah kegiatan yang jarang ditemukan di masa kini. Mungkin hanya sebagian keluarga yang masih menerapkan kepada anak-anak mereka sebelum tidur dengan bercerita tentang cerita rakyat atau dongeng sebelum tidur. Padahal, selama mendongeng, ada komunikasi dua arah antara anak dan orangtua. Selain anak dituntut untuk kritis dalam bertanya, orangtua pun juga bisa menjawab dan mengomentari dengan bijak pertanyaan anak.

Dalam buku “Asal Mula Reog Ponorogo” ini, penulis menyajikan 10 cerita rakyat yang mana bisa menjadi sarana untuk bercerita bagi orangtua kepada anak.

Mulai dari asal mula adanya Reog Ponorogo yang mana ada seorang putri cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit yang belum siap untuk berumah tangga, namun ayahandanya sangat berharap supaya dia segera menikah [hal 6].

Namun, setelah Dewi Sanggalangit bersemedi, dia berujar dengan memberi syarat agar calon suaminya nanti bisa menghadirkan suatu tontonan yang menarik, yang belum pernah ada sebelumnya. Semacam tarian yang diriingi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya, akan dijadikan iringan pengantin. Selain itu, calonnya tersebut juga harus bisa menghadirkan binatang berkepala dua [hal 8].

Dari sekian pelamar, hanya ada dua orang yang sanggup dengan persyaratan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari kerajaan Bandarangin.

Kedua orang tersebut memiliki sifat dan tingkah laku yang berbeda. Raja Singabarong memiliki watak yang buas dan kejam. Dia seperti manusia aneh yang mana juga berkepala harimau. Sedangkan Raja Kelanaswandana adalah seorang raja yang tampan dan gagah, namun memiliki tabiat yang kurang baik dan aneh. Dia menyukai anak laki-laki. Mereka dianggap seperti gadis-gadis cantik[ hal 11].

Tapi, keduanya berambisi untuk bisa memenuhi persyaratan dari Dewi Sanggalangit. Berbagai upaya mereka lakukan, dari mulai Raja Singabarong yang mengirim prajurit dengan menyamar sebagai pedagang keliling untuk memata-matai aktifitas dari Raja Kelanaswandana hingga akhirnya keduanya bertarung demi mempertaruhkan Dewi Sanggalangit untuk dijadikan istri.

Pertarungan itu berakhir setelah Raja Kelanaswandana membaca mantra dan menjadikan Raja Singabarong berbentuk seperti binatang berkepala dua, karena sebelum bertarung, di atas rambutnya masih bertengger seekor burung merak [hal. 24].

Sehingga, Raja Kelana swandana-lah yang berhak atas Dewi Sanggalangit untuk dijadikan istrinya.

Demikianlah pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo, sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.
- hal 27

Ada juga kisah “Batu Keramat” yang merupakan legenda masyarakat Irian Jaya yang mengeramatkan batu api yang ditemukan oleh Iriami dan Isoray.

“Dongeng Si Lundu” yang bisa dijadikan teladan untuk anak-anak dalam perbuatan tolong menolong dengan ikhlas, bisa mengahdirkan balasan yang lebih indah yang tak pernah dibayangkan. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan kepada orang lain pun, dia akan mendapatkan balasan yang setimpal pula. [hal. 36]

Selanjutnya, masih ada cerita yang berasal dari Belitung, “Si Kulup Yang Durhaka” yang kisahnya hampir mirip seperti Malin Kundang. Si Kulup yang melihat tongkat bertabur intan permata yang ditemukan ayahnya, memiliki inisiatif untuk menjual tongkat tersebut. Tapi sayangnya, begitu Si Kulup menjadi orang kaya, dia lupa diri terhadap orangtuanya dan tak mau kembali bersama mereka. Kira-kira, hikmah apa yang akan didapatkan dari Si Kulup setelah dia tak sengaja datang ke desanya menggunakan kapal besar yang dimilikinya?

Ada pula “Kisah Cilinaya” yang merupakan Kisah Raden Panji yang sebenarnya berasal dari Jawa timur, yang memiliki dua versi. Versi Melayu dan versi Lombok.

Al kisah, ada seorang Raja yang sangat menginginkan hadirnya seorang anak. Namun, begitu dia mendapatkannya, ada angina beliung yang datang dan menerbangkan putri kecil yang sedang diajak jalan-jalan oleh Raja Daha tersebut.

Putri kecil nan cantik bernama Cilinaya itu ditemukan oleh Pak Bangkol dan Bu Bangkol yang menjadi penjaga taman. Ketika Cilinaya beranjak dewasa, ada Raden Panji yang kebetulan singgah di taman menemukannya, dan akhirnya mereka pun menikah [hal 43].

Setelah melihirkan putranya, Cilinaya dibawa oleh pengawal kerajaan ke sebuah pantai Tanjung menangis, sedangkan Raden Panji disuruh oleh Ayahnya yang pura sakit-sakit untuk mencari hati rusa. Raja Keling berniat memisahkan hubungan antara Raja Panji dan Cilinaya.

“Nah, cabutlah kerismu paman dan bunuhlah aku. Sampaikan salamku kepada suamiku, Raden Panji” – hal 44

Cilinaya pun terbunuh di bawah pohon ketapang yang mana darahnya yang mengalir sangat harum baunya, sedangkan bayinya menangis di samping mayat ibunya.

Ketika Raden Panji dan rombongan berada di hutan dekat dengan keberadaan Cilinaya, dia pun mendengar suara tangis seorang bayi yang ternyata adalah putranya, dan di sampingnya adalah mayat istrinya.

Raja Panji teramata sedih, namun seketika itu dari arah langit ada angina kencang berempus dan awan hitam tebal menutupi angkasa.

Hai Panji! Buatlah peti mayat istrimu dan hanyutkanlah ke laut. Kelak, Tuhan dengan kuasa-Nya akan mempertemukan kalian kembali,” – hal. 45

Akankah Cilinaya dan Raden Panji bisa bersatu kembali?

Selain kelima cerita dan dongeng di atas, masih ada lima dongeng lagi. Di antaranya Kisah Skolong, Siuk Bimbim dan Siuk Bambam, Caadara Sang Panglima, telur Naga Putih, dan Aji Tantin.

Buku ini cocok sebagai bahan bacaan untuk orangtua sebagai media pengantar tidur untuk anak. Disertai ilustrasi gambar sesuai cerita. Selain itu juga memiliki pesan moral yang baik untuk anak.

Wringintelu, 19 Agustus 2016





2 komentar:

  1. Buku cerita seperti ini bagus banget ya Mba.. secara tidak langsung mengenalkan hal ikhwal tentang budaya juga ya..

    BalasHapus
  2. Saya nggak bisa mendongeng. Saya lebih suka read aloud untuk anak-anak :)

    BalasHapus

Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya...
^_^

[Resensi] Petualangan Yang Penuh Pembelajaran

 ‎ Judul ‎ ‎: Petualangan Tiga Hari‎ Penulis ‎: Dian Dahlia‎ Penerbit ‎: Penerbit Indiva Media Kreasi‎ Cetakan ‎: Pe...