- Deskripsi Buku -
Judul Buku : Bapak; Prasasti Cinta Sepanjang Usia
Penulis : Putu Sukartini, dkk.
Penerbit : AE Publishing
Cetakan : Pertama, Mei 2016
Dimensi : vi + 114 halaman, 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-1189-98-6
- BLURB -
Bapak adalah seorang pekerja
keras, selalu bersikap over protective, berjarak dengan putra-putrinya,
dan seolah tak memiliki tabiat penyayang. Begitu gambaran yang akan mampir di
benak kita saat mendengar nama bapak disebut.
Namun, di dalam buku ini kita
akan membaca sisi lain bapak, yang ternyata juga berhati lembut, mampu bersikap
romantis, penyayang, dan bahkan bisa menangis saat hatinya merasa begitu sedih
pun bahagia.
Bapak adalah little girl’s
first love. Bapak adalah child’s first hero.
Sudahkah kamu mencium kening ibu
seraya berucap, “Ibu, terima kasih. Ananda sayang Ibu?” dan juga kening Bapak
dengan meucapkan kalimat yang sama?
- Desi Puspitasari, penulis novel
Jogja Jelang Senja
- REVIEW -
Buku Bapak; Prasasti Cinta
Sepanjang Usia ini merupakan sebuah cerpen antologi dari Putu Sukartini
serta kawan-kawannya yang kesemuanya merupakan seorang blogger.
Pada bagian endorsement,
buku ini dibuka dengan sambutan dari seorang travel blogger bernama Dian
Radiata, pemilik blog www.adventurose.com yang mana dia mengapresiasi atas
kerja keras 11 blogger dalam mengungkapkan kekaguman, kebanggaan, serta
kerinduan kepada sosok seorang ayah.
Untuk cerpen pertama, dibuka oleh
tulisan dari Dian Farisa Ismyama yang merupakan pemilik blog www.ismyama.com dengan menceritakan
kisahnya bersama sang ayah dengan judul “Ayah, Cinta Pertama Seorang Anak
Perempuan”. Dalam tulisan ini, penulis mengungkapkan kekagumannya terhadap
ayah yang ketika itu beliau merupakan seorang pengajar di universitas swasta di
Yogyakarta, dan sedang mengambil program master di ITB. Namun demikian ketika
beliau pulang, beliau pernah membawakan boneka untuknya dan adiknya. Sangking
kagum dan cintanya dengan ayah, bahkan dia pernah membandingkan sang ayah
dengan suaminya.
“Papaku saja nggak pernah ngomong gitu ke aku.Kenapa kamu malah sebaliknya?” — hal 2
Sosok ayah dari Dian Farida
Ismyama merupakan seorang yang memiliki kerja keras, kesabaran, ketenangan,
kesholehan, jujur, dan bersikap positif. Namun di lain sisi, ayah juga pernah
marah, terutama jika berhubungan dengan keluarga. — hal. 5
Di bagian kedua
ada cerpen dari Putu Sukartini dengan judul “Bapak,
Lelaki Pertama Dalam Hidupku”. Pada cerita yang disampaikan oleh Mbak Arni ini dibuka dengan flashback
kenangannya bersama bapak. Saat setelah bekerja selama 7 tahun di ibukota dan
meninggalkan kota kelahirannya, Kendari, sesekali dia memang pulang kampung. Namun,
kepulangannya dihabiskan untuk bertemu teman lama, maupun bercengkrama dengan
saudara.
Tepat ketika Bapaknya
ada dinas di Jakarta dan menemaninya berangkat bersama menggunakan kereta. Putu
Sukartini kembali mengenang sejauh mana perjuangan Bapaknya yang tidak pernah
memanjakannya dengan harta, namun dibekali dengan nasihat beserta contoh. Menurutnya,
harta yang banyak di rumahnya berupa buku, terutama buku agama. Bahkan untuk
membacanya, sosok Bapak dari Putu Sukartini tidak memberikan paksaan kepada
anaknya. Justru dengan kesadaran masing-masing anaknya lah buku itu dibuka.—
Hal 15
Kemana saja saya? Apa saja yang sudah saya lakukan untuk kebahagiaan Bapak dan membalas jasa beliau? Sudahkah saya berterima kasih? — Hal. 14
Sekarang saya tahu. Kalau dulu Bapak marah, itu karena sayang kami, supaya kelak jadi orang yang lebih baik dan kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan. — Hal 15
“Bapak Menangis
Karenaku” merupakan judul cerita pendek pada bagian ketiga
yang juga merupakan cerita dari Putu Sukartini tentang sosok Bapaknya. Ada banyak
episode kehidupan bersama Bapak yang disebut sebagai pelajaran hidup, yang
mampu membuat anaknya menjadi berkembang, tumbuh, belajar, mencinta, tertawa,
menangis, dan juga bahagia. — Hal. 20
“Kata siapa lelaki tak bisa menangis, atau tak boleh menangis? Apakah memalukan kalau menangis?” — Hal. 21
Di balik sosoknya
yang keras kepada anakanya dan terkenal tegar. Bapak dari Putu Sukartini juga
manusia biasa yang bisa merasakan sedih, dan juga bisa menangis. Apalagi pada momen
tertentu yang dialami Putu Sukartini, membuat Bapaknya harus menangis
karenanya.
Di momen pertama
saat Putu Sukartini kecil mengalami keracunan obat, hingga harus dilarikan ke
UGD. Saat akan menginfu, perawatnya kesulitan menemukan urat nadinya yang
kecil, hingga harus ditusuk sebanyak 8 kali oleh 3 perawat. Kejadian itulah
yang membuat Bapaknya mengeluarkan bulit hangat dari wajahnya. - Hal. 22
Momen kedua yang
membuat Bapak menangis saat lulusan wisuda, Putu Sukartini menjadi lulusan
terbaik difakultas dan jadi lulusan pertama di jurusannya dengan nilai yang
memuaskan. Pada saat wisuda, Bapak diminta untuk mengisi sepatah kata sebagai
perwakilan orangtua. Begitu Bapak mendapat daftar nama petinggi kampus, dan
selesai mengisi sambutannya, Bapak ijin ke toilet sambil mengeluarkan sapu
tangan dan menyeka air matanya (Hal. 23). Dan momen lainnya dari sosok Bapak
Putu Sukartini ini, yang tak kalah menarik untuk disimak.
“Ada kalanya air mata diperlukan untuk mengungkapkan rasa. Ada kalanya air
mata diperlukan untuk melegakan hati. Bapak, saat Bapak enangis karena saya,
saat itu hati saya juga gerimis.” — Hal 26
Ardiba Rakhmi
Sefrienda seorang teknologi pangan yang menyukai dunia literasi dan dengan
ngeblog, karyanya penah dibukukan pada buku Bunda Cekatan dan Bunda Produktif
ini juga ikut menceritakan sosok Bapaknya pada judul “Bapakku, Idolaku”.
“Bapak,
dirimulah sosok paling tampan dan romantis yang aku tahu. Atau mungkin itulah
yang dinamakan Daddy is child’s first hero.” — Hal 29.
Dikarenakan mengidolakan
Bapaknya, Ardiba menginginkan pasangannya nanti juga seperti bapaknya dari
fisiknya. Bukan hanya itu, Bapaknya juga berharap kepribadian dan akhlak pasangan
Ardiba juga baik, tentulah harapan terbaik dari seorang Bapak pada putrinya.
Tepat di usia 23
tahun, Ardiba sudah menemukan jodohnya, dan memutuskan untuk menikah. Walau Bapaknya
belum menginginkan, namun pernikahan itu tetap berlangsung, hingga akhirnya
setahun setelah menikah, Ardiba dan pasangan diberi amanah dengan hadirnya
seorang bayi.
“Kalau memang sudah (merasa) bertemu jodohnya,
buat apa ditunda-tunda lagi?” — Hal. 30
Saat lahiran,
sosok Bapak Ardiba lah yang banyak membantu keperluan Ardiba. Bahkan yang
mengadzankan putra pertamanya adalah Bapak, dimana saat itu sang suami masih
dalam perjalanan dengan mengendarai bus. Bahkan Bapak jualah yang rela
mengangkat jemuran pakaian dari rumah lama ke rumah baru seorang diri ketika Ardiba
baru punya bayi.
Begitu putranya
menjadi balita yang sehat, Bapak Ardiba juga sangat dekat dengan cucunya. Karena
Bapaknya sudah pensiun, sehingga beliau memiliki banyak waktu luang bersama
putra Ardiba. Baginya Bapak adalah orang yang pali asyik untuk putranya
sedunia, karena kadang diajak naik buk keliling kota, naik kereta, hingga naik
mobil untuk mengisi bahan bakar (Hal. 31).
Aku belajar menjadi orangtua yang baik darimu. Tidak mudah ya, Pak menjadi
orangtua yang baik? Tapi, mencoba yang terbaik untuk menjadi orangtua yang baik
adalah wajib dilakukan. — Hal. 32
Banyak hal yang
bisa diambil pelajaran Bapak oleh Ardiba, salahsatunya dari cara mendidik
anaknya yang walau ada kesalahan yang harus dibenahi dalam pengasuhan anaknya. Selain
itu, pelajaran dari Bapaknya yang pernah terdzalimi, namun beliau mampu
menghadapinya dengan senyuman. Karena itulah, Ardiba percaya adanya kekuasaan
Allah, belajar keikhlasan dari pengalaman Bapak, dan masih banyak lagi (Hal.
34)
Masih ada 7
cerita lagi dari para blogger tentang sosok Bapak atau Ayah yang sangat
berkesan untuk mereka, dan meninggalkan kesan serta pelajaran dan pengalaman
hidup untuk anaknya yang tak kalah menarik untuk dibaca juga. Di antara judul
dari cerita 7 blogger itu antara lain: Cinta Pertama - dari Wiwik Waluyo. Kalau
dari awal yang bercerita hanya blogger perempuan aja, pada buku Ayah; Bukti
Prasasti Cinta Sepanjang Usia juga disampaikan oleh blogger laki-laki dengan
judul Darah Pengelana dari Seorang Ayah – dari Haryadi Yansyah, Kerinduan yang
Tak Terganti – Ihwan Hariyanto, Papaku, Kesayangan – Primastuti Suryani, Saya
Bangga, Bapak Tak Seperti Orang Lain – Primahapsari, Ketika Kangen Bapak –
Aprilia Ekasari, Kenangan Kami tentang Bapak – Anisa AE.
-0-
Ayah atau Bapak
merupakan sosok orangtua yang tentunya sangat berkesan bagi anaknya. Perannya pada
keluarga, menentukan anak ketika dewasa akan tumbuh seperti apa. Bahkan dengan
kekurangan atau kelebihan dalam pengasuhan Bapak kepada anak, menjadikan
pelajaran hidup yang patut ditiru atau bahkan cukup dijadikan contoh untuk
diambil hikmahnya.
Bagi anak
laki-laki, Bapak menjadi figur yang menebarkan cinta kepada sesama yang
terlihat pada kasih sayang kepada ibu dan keluarga, kekuatan, ketegaran,
kebesaran hati, keikhlasan, kesabaran, hingga sifat lain yang menjadikan
seorang anak bisa menjadi sosok seperti Bapak, atau justru sebaliknya.
Bagi anak
perempuan, sosok Bapak adalah cinta pertama anak perempuan. Dengan kasih sayang
yang diberikan Bapak, mampu membuat anak tumbuh dengan kasih sayang dan
dipenuhi cinta dari Bapaknya, hingga menjadikan Bapak sebagai idola hingga
pasangannya nanti harus seperti Bapak yang memiliki sifat romantisme dan penuh
cinta terhadap putrinya.
Buku yang ditulis
oleh 11 blogger yang namanya sudah tentu tidak asing lagi buat para blogger
lainnya, atau justru belum mengenal nama-nama penulis yang mengisi buku ini,
kamu bisa mencari langsung websitenya di Google ya.
Buku Bapak;
Prasasti Cinta Sepanjang Usia ini mengajak pembaca untuk mengenang sejauh mana
peran Bapak dalam membesarkan anaknya, sosoknya yang berpengaruh dari sejak
kecil bahkan hingga dewasa dan berkeluarga, menjadikan beliau sebagai inspirasi
untuk anaknya. Dan dari buku ini, kamu pasti tahu sejauh mana didikan 11
blogger dari orangtua terutama dari Bapak yang membuat anaknya bisa sukses
bahkan dari aktivitas blogging yang menorehkan beragam prestasi.
Ditulis dengan
sudut pandang orang pertama yang mudah dicerna, bukunya tidak tebal, ringkas,
syarat akan makna, dan bertabur quote yang cocok untuk dijadikan
pelajaran. Tentu jika mengingat sejauh mana peran Bapak Anak, tentu akan ada
masa dimana tertawa dan menangis, karenanya buku ini bisa membuat pembaca flashback
kebersamaan dengan Bapak.
Jika kamu ingin
membaca buku ini, bisa langsung mengubungi penerbit AE Publishing ya, dengan
buku ini pula, kamu juga bisa berkenalan dengan penulis yang dituliskan
biodatanya di tiap cerita mereka tentang Bapak.
Semoga postingan
Review ini bermanfaat yah. Bonus untuk quote di akhir postingan. Semoga bisa
terus konsisten untuk mereview buku. Terima kasih sudah membaca dan berkunjung
di blog Ar-kipas, ya.
Created : 14
November 2018
Revisi : 31 Juli
2019
Quote Inspiratif
:
4. Wiwik Waluyo
“Bapak adalah
lelaki yang mengenalkan saya akan cinta, sekaligus dialah cinta pertama saya,” —
Hal 37
“Kebaikan itu
tidak hanya ada di Medan, tapi di mana-mana. Yang namanya keburukan juga nggak
perlu jauh sampai ke Jogja, di sini juga banyak,” — Hal. 38
“Kamu belajar di
sekolah unggulan yang ketat. Nilai enam ini mungkin akan berubah kalau kamu
belajar di sekolah lain,” — Hal. 40
“Sebaik-baiknya
manusia itu yang bermanfaat untuk orang lain,” ujar Bapak kepada saya. Dan
itulah cita-cita hidup yang coba saya praktiekan, pelan-pelan hingga sekarang. —
Hal. 43
“Walau Bapak
keras, sungguh tak mengurangi sedikit pun kecintaan saya terhadap beliau,” —
Hal. 45
5. Haryadi Yansyah
“Walaupun hidup
kami berkecukupan, tapi kami tidak pernah dimanja oleh harta. Beliau mendidik
hal itu tidak dengan cara yang frontal. Namun, nilai-nilai kesederhanaan
beliau bersama Ibu dicontohkan langsung kepada anak-anaknya,” — Hal. 50
“Rizki orang baik
akan datang dari sudut-sudut tak terduga, aku melihat itu dari sosok Ayah,” —
Hal. 51
“Ayah bukan
pribadi sempurna. Tentu saja, semua manusia juga begitu ‘kan?” — Hal. 52
“Ayahku bukanlah
ayang yang terbaik. Hubungan kami juga tidak selamanya mulus. Ya, tak jarang
juga bertengkar hebat karena hal-hal sepele,” — Hal 53
“Yang aku tahu,
Ayah adalah sosok yang keren dengan caranya,” — Hal. 53
6. Ihwan
Hariyanto
“Sedih rasanya
melihat teman-teman bisa merayakan kebahagiaan kenaikan kelas dan kelulusan
bersama orangtuanya, sementara saya hanya diantar oleh salahsatu bibi,” — Hal.
61
“Tapi, kelak jika
punya anak, saya tidak mau terlalu sabar seperti beliau. Jika memang anak nakal
ya harus ditegur atau dimarahi biar tidak ndableg.” — Hal. 64
“Bagi saya,
apapun kekurang dan kesalahan yang pernah diperbuat, beliau tetaplah bapak
saya. Saya tetap bangga dengan beliau,” — Hal. 65
“Saya ingin
menebus kenangan masa kecil yang sedih hidup berjauhan dengan Bapak dengan
selalu berada di dekat Aiman ......” — Hal. 67
7. Primastuti
Satriyanto
“Beliau
mengajarkanku menjadi perempuan yang harus bisa bertangguhng jawab dan tidak
kalah dengan laki-laki dalam meraih prestasi,” — Hal. 69
“Bagi saya, Mama
dan Papa adalah pasangan yang ideal dan kompak. Mereka membiasakan
berkomunikasi dalam keluarga yang dicontohkan dengan baik kepada kami.” — Hal.
70.
“Papa selalu
mengutamakan urusan keluarga jika ada keadaan yang gawat darurat. Bersyukur memiliki
Papa yang baik hati dalam kehidupan kami.” — Hal. 71
“Uniknya, kami
sering berpeda pendapat, tapi saling menyadari bahwa kami terikat oleh rasa
sayang yang kuat.” — Hal. 74
8. Primahapsari
“Bapak
mengajarkan kami mengontrol keinginan hati dan menahan diri dari nafsu untuk
membeli barang yang tidak penting.” — Hal. 81
“Hal yang kita
inginkan tidak didapatkan dengan mudah, tapi butuh perjuangan,” — Hal. 82
“Kerasnya
gemblengan beliau yang menjadikan kami berempat bisa hidup seperti sekarang. Kuat
melawan kerasnya kehidupan nyata.” — Hal. 83
“Karena untuk
meraih impian, dia harus berjuang dengan dirinya sendiri. Perjuangan itulah
yang dinilai oleh Tuhan dan berkenan menghadiahi perjuangan itu dengan hasil
yang manis.” — Hal. 84
“Menjadi jujur
apalagi dalam masalah uang adalah sebuah prinsip yang dipegang erat oleh Bapak”
— Hal. 84
“Bapak memang
selalu mengutamakan kejujuran dalam hidup, walau kadang itu membuat ajur.
Tapi, mungkin tabungan kejujuran tidak sia-sia. Salah satunya anugerah
kesehatan yang tak ternilai apapun.” — Hal. 85
“.... perbuatan
dalam dunia nyata yang beliau lakukan menjadi kiblat kami dalam bertingkah laku
dan menjadi teladan dalam menjalani kehidupan,” — Hal. 85
10. Aprilia
Ekasari
“.... Bapak akan
selalu siap sedia untuk mendukung ke manapun saya melangkah,” — Hal. 93
“Bapak rela hidup
sederhana asalkana anak-anak beliau punya kehidupan lebih baik. Meskipun demikian,
Bapak juga tidak serta merta memanjakan kami.” — Hal. 97
“Sikap sederhana
Bapak dulu sempat membuat saya merasa minder,” — Hal. 98
“Bapak tidak mau
memaksakan diri membeli sesuatu atas dasar keinginan, lebih suka membeli
sesuatu karena benar-benar butuh.” — Hal. 99
“Bapak punya
prinsip kalau beli barang, tunggu ada uang, supaya bisa beli cash, nggak berhutang.”
— Hal. 99
10. Anisa AE
“abah itu sosok
yang luar biasa. Di usia yang makin menua, tidak pernah ada keluh kesah.” —
Hal. 106
“.... Abah memang
benar-benar memuliakan tamu,” — Hal. 108
“Terkadang saya
merasa bukan anak Abah saat terlalu kasar pada kami. Abah itu tak pernah
berkata cinta atau sayang, tapi sukanya keras mendidik anak-anak beliau.” —
Hal. 108
“Sayangnya Abah
tak pernah bangga dengan nilai-nilai yang saya dapatkan. Selalu berkata lebih
baik tidak melanjutkan seklah jika hanya di sekolah negeri, tanpa memdulikan
agama.” — Hal. 110
“....Ilmu agama
dan dunia harus imbang...” — Hal. 111
“Saat ini saya
sadar betapa tugas beliau menjadi seorang Ayah sangatlah berat. Apalagi ketika
saya mulai suka melanggar syariat agama.” — Hal. 112
“Ketika saya
punya anak. Apa mampu mendidiknya seperti didikan Abah? Berjuta pertanyaan pun
bergelayut.” — Hal. 113
Ulasan yang bagus banget. Baru baca sekarang aku hiks. Makasih sudah mengulasnya :)
BalasHapus