-BLURB-
“Sate lalat? Iihh… Sheila enggak mau makan sate lalat!!! Lalat, kok
dimakan! Itu makanan haram!” Sheila menolak dengan tegas ketika ditawari mencicipi
ste lalat. Tapi, setelah satenya matang dan dihidangkan, ternyata Sheila malah
yang paling banyak makannya. Lhoh? Sheila? Memang, seperti apa, sih sate lalat
itu? Yang jelas, sate lalat adalah salahsatu makanan khas dari pulau Madura.
Sheila mencicipinya ketika berlibur kesana. Wah, ternyata pulau Madura
mempunyai banyak ciri khas yang berbeda dari wilayah lain di Indonesia, ya!
Mulai dari keindahan alamnya, adat istiadatnya, hingga makanannya. Ingintahu?
Kita ikuti cerita liburan Sheila di buku ini, yuk! Pastinya unik dan seru!!!
“Tentang Buku”
Judul :
Holiday In Madura (Seri Travela)
Penulis :
Alyssa Najwa Soraya
Penyunting :
Dadang Ramafhan dan Shinta Handini
Cetakan :
1, 2014
Penerbit :
DAR! Mizan
Ilustrasi :
21 cm x 124 Halaman
ISBN :
978 – 602 – 242 – 202 – 4
***
Holiday in Madura karya penulis cilik bernama Alyssa
Najwa Soraya yang merupakan kumpulan buku “Kecil-Kecil Punya Karya” atau lebih
disingkat dengan KKPK ini, adalah buku pertama yang saya baca khusus untuk
keponakan saya. Untuk memenuhi minat bacanya, ketika ada bazaar, saya
membelikan buku serial anak ini untuk dua orang keponakan saya, salahsatunya
serial Travela atau traveling anak ini.
Buku ini menceritakan kisah tokoh utama bernama Sheila
yang menghabiskan waktu liburan sekolahnya di pulau garam, sebutan untuk pulau
Madura. Di mulai dari cerita “Selat Maduran nan Elok”, penulis menceritakan
kisah Sheila yang menebak nama selat yang menghubungkan antara pulau Jawa dan
Madura. Kira-kira, selat apakah itu namanya?
Selain itu, di bagian bab pertama, pembaca juga
dikenalkan dengan nama pelabuhan Kota Surabaya yang terkenal dengan nama
Tanjung Perak. Seperti judul lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak,
bahkan Sheila pun menyanyikan lagu tersebut ketika ditanya soal nama Tanjung
Perak oleh Omnya sewaktu akan menyeberangi selat Madura (hal. 20).
“Tanjung Perak … tepi laut!!! Siapa suka boleh ikut!!!”
“Justru lagu itu diambil dari nama pelabuhan ini, Sheila.
Bagus kan?”
Kemudian, di bab kedua ada tema “Biru Daun” yang mana
pemba diajak mengenal lebih jauh makna Biru Daun yang sering diucapkan oleh
orang-orang Madura. Bahkan Sheila pun dibuat mengucek kedua matanya karena
tidak percaya ketika ditunjukkan setangkai daun oleh Sinta – Sepupu Sheila –
yang ada di belakang rumah, namun Sinta mengatakan jika warnanya adalah Biru
Daun. Padahal sudah jelas-jelas berwarna hijau. Tak hanya Sinta saja, Om Hadi,
Tante Ross, Ayah dan Ibu Sheila selalu melafalkan sebuah benda yang berwarna
hijau dengan warna biru. Bagian kedua
ini lumayan panjang dibandingkan bab-bab lainnya.
“Itu semua daun biru, sepupuku sayang,” – hal. 36
Selanjutnya, masih ada bagian “Sate Lalat”. Mengapa
dinamakan sate lalat ayam, kambing. Di sini pembaca juga diajak untuk menguak
nama sate lalat yang merupakan kuliner khas dari pulau Madura ini.
“Enak lho, Sheila. Kalau kamu enggak mau, kamu boleh pesan
yang lain selain sate lalat, di sana juga ada sate kelinci,” (hal. 44)
Selesai menikmati kuliner, pembaca juga dikenalkan
oleh penulis lewat tokoh Sheila untuk mengenal “Api Abadi” yang mana api itu
tidak bisa padam sampai kapan pun (hal. 61). Udah pernah tahu, apa belum sama
api abadi di pulau Madura? *ngacung yang belum pernah liat sama sekali.
Hehehehe
“Makanya, pelihara bumi kita ini. Enggak maum kan pindah ke
planet lain? Bahkan di Al-Qur’an juga pernah dijelaskan, kalau kehidupan hanya
ada di bumi.” (hal. 68)
Dalam bagian “Api Abadi” ini penulis juga menyinggung
masalah pemanasan global. Di mana ketika dari mengunjungi api abadi yang
udaranya sangat panas, kemudian beralih ke dalam mobil, tokoh Sheila merasa
panas. Hal itu disebabkan karena pemanasan global yang dapat menyebabkan es di
kutub utara meleleh (hal. 68).
Masih ada 4 bagian lagi di antaranya, “Lautan Garam”
yang berisi kisah cerita Sheila dan Sinta di tambak garam yang terlihat seperti
Kristal. Kemudian, ada juga bagian “Fashion Show” di mana peragaan busana yang
dipertontonkan bukanlah oleh seorang manusia, melainkan oleh seekor hewan.
Kira-kira, hewan apakah itu?
Beranjak ke bagian selanjutnya ada “Karapan Sapi” yang
sedikit banyak mengulas tentang budaya yang terkenal di pulau Garam ini, serta
bagian terakhir ada “Jembatan Suramadu” yang menjadi akhir dari perjalanan
liburan Sheila.
Saya yakin, bukan hanya anak-anak saja yang bisa
terpengaruh juga menambah pengetahuan setelah membaca buku ini. Bahkan pembaca
berusian dewasa pun bisa menikmatinya.
Bahasanya diramu dengan sangat indah, mudah dimengerti
sesuai gaya bahasa seorang anak kecil yang memang mudah dicermati. Dengan sudut
pandang orang pertama aku, ditambah ilustrasi gambar di setiap bagian, layout
buku yang dipenuhi aksesoris traveling serta alurnya yang maju, memberikan
nilai lebih untuk buku serial anak ini.
Meski hanya ada secuil typo dan juga ada tokoh yang
tidak sering muncul yaitu Sella – Adik kandung Sheila – yang masih kecil pun
tidak mengurangi estetika dari isi buku seri anak ini. Di sisi lain, buku
Holiday in Madura ini recommended untuk bahan bacaan anak-anak di rumah,
atau sebagai tambahan wawasan untuk yang akan pergi berlibur ke Madura.
Karena buku ini bertebaran quote yang indah,
menginspirasi, serta menambah pengetahuan terkait wisata, kuliner, pesona alam,
serta adat istiadat yang ada di pulau Madura.
Bila dan Buku Holiday In Madura |
***
Terima kasih sudah mau
membaca dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, temans…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya...
^_^