Judul : Asal Mula Reog Ponorogo
Penulis : Tira Ikranegara
Penerbit : Serba Jaya Surabaya
Cetakan : Pertama, 2008
Halaman : 64 hlm
Mendongeng adalah sebuah kegiatan yang jarang
ditemukan di masa kini. Mungkin hanya sebagian keluarga yang masih menerapkan
kepada anak-anak mereka sebelum tidur dengan bercerita tentang cerita rakyat
atau dongeng sebelum tidur. Padahal, selama mendongeng, ada komunikasi dua arah
antara anak dan orangtua. Selain anak dituntut untuk kritis dalam bertanya,
orangtua pun juga bisa menjawab dan mengomentari dengan bijak pertanyaan anak.
Dalam buku “Asal Mula Reog Ponorogo”
ini, penulis menyajikan 10 cerita rakyat yang mana bisa menjadi sarana untuk
bercerita bagi orangtua kepada anak.
Mulai dari asal mula adanya Reog Ponorogo yang
mana ada seorang putri cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit yang belum siap
untuk berumah tangga, namun ayahandanya sangat berharap supaya dia segera
menikah [hal 6].
Namun, setelah Dewi Sanggalangit bersemedi, dia
berujar dengan memberi syarat agar calon suaminya nanti bisa menghadirkan suatu
tontonan yang menarik, yang belum pernah ada sebelumnya. Semacam tarian yang
diriingi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan kuda kembar sebanyak seratus
empat puluh ekor. Nantinya, akan dijadikan iringan pengantin. Selain itu, calonnya
tersebut juga harus bisa menghadirkan binatang berkepala dua [hal 8].
Dari sekian pelamar, hanya ada dua orang yang
sanggup dengan persyaratan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong
dari kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari kerajaan Bandarangin.
Kedua orang tersebut memiliki sifat dan tingkah
laku yang berbeda. Raja Singabarong memiliki watak yang buas dan kejam. Dia seperti
manusia aneh yang mana juga berkepala harimau. Sedangkan Raja Kelanaswandana
adalah seorang raja yang tampan dan gagah, namun memiliki tabiat yang kurang
baik dan aneh. Dia menyukai anak laki-laki. Mereka dianggap seperti gadis-gadis
cantik[ hal 11].
Tapi, keduanya berambisi untuk bisa memenuhi
persyaratan dari Dewi Sanggalangit. Berbagai upaya mereka lakukan, dari mulai
Raja Singabarong yang mengirim prajurit dengan menyamar sebagai pedagang
keliling untuk memata-matai aktifitas dari Raja Kelanaswandana hingga akhirnya
keduanya bertarung demi mempertaruhkan Dewi Sanggalangit untuk dijadikan istri.
Pertarungan itu berakhir setelah Raja
Kelanaswandana membaca mantra dan menjadikan Raja Singabarong berbentuk seperti
binatang berkepala dua, karena sebelum bertarung, di atas rambutnya masih bertengger
seekor burung merak [hal. 24].
Sehingga, Raja Kelana swandana-lah yang berhak
atas Dewi Sanggalangit untuk dijadikan istrinya.
Demikianlah pada akhirnya Dewi Sanggalangit
menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker
adalah nama lain dari Ponorogo, sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu
disebut Reog Ponorogo.
- hal 27
Ada juga kisah “Batu Keramat” yang
merupakan legenda masyarakat Irian Jaya yang mengeramatkan batu api yang
ditemukan oleh Iriami dan Isoray.
“Dongeng
Si Lundu”
yang bisa dijadikan teladan untuk anak-anak dalam perbuatan tolong menolong
dengan ikhlas, bisa mengahdirkan balasan yang lebih indah yang tak pernah
dibayangkan. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan kepada orang lain pun, dia
akan mendapatkan balasan yang setimpal pula. [hal. 36]
Selanjutnya, masih ada cerita yang berasal dari
Belitung, “Si Kulup Yang Durhaka” yang kisahnya hampir mirip seperti
Malin Kundang. Si Kulup yang melihat tongkat bertabur intan permata yang
ditemukan ayahnya, memiliki inisiatif untuk menjual tongkat tersebut. Tapi sayangnya,
begitu Si Kulup menjadi orang kaya, dia lupa diri terhadap orangtuanya dan tak
mau kembali bersama mereka. Kira-kira, hikmah apa yang akan didapatkan dari Si
Kulup setelah dia tak sengaja datang ke desanya menggunakan kapal besar yang
dimilikinya?
Ada pula “Kisah Cilinaya” yang merupakan
Kisah Raden Panji yang sebenarnya berasal dari Jawa timur, yang memiliki dua
versi. Versi Melayu dan versi Lombok.
Al kisah, ada seorang Raja yang sangat
menginginkan hadirnya seorang anak. Namun, begitu dia mendapatkannya, ada angina
beliung yang datang dan menerbangkan putri kecil yang sedang diajak jalan-jalan
oleh Raja Daha tersebut.
Putri kecil nan cantik bernama Cilinaya itu
ditemukan oleh Pak Bangkol dan Bu Bangkol yang menjadi penjaga taman. Ketika Cilinaya
beranjak dewasa, ada Raden Panji yang kebetulan singgah di taman menemukannya, dan
akhirnya mereka pun menikah [hal 43].
Setelah melihirkan putranya, Cilinaya dibawa
oleh pengawal kerajaan ke sebuah pantai Tanjung menangis, sedangkan Raden Panji
disuruh oleh Ayahnya yang pura sakit-sakit untuk mencari hati rusa. Raja Keling
berniat memisahkan hubungan antara Raja Panji dan Cilinaya.
“Nah,
cabutlah kerismu paman dan bunuhlah aku. Sampaikan salamku kepada suamiku,
Raden Panji” – hal 44
Cilinaya pun terbunuh di bawah pohon ketapang
yang mana darahnya yang mengalir sangat harum baunya, sedangkan bayinya
menangis di samping mayat ibunya.
Ketika Raden Panji dan rombongan berada di
hutan dekat dengan keberadaan Cilinaya, dia pun mendengar suara tangis seorang
bayi yang ternyata adalah putranya, dan di sampingnya adalah mayat istrinya.
Raja Panji teramata sedih, namun seketika itu
dari arah langit ada angina kencang berempus dan awan hitam tebal menutupi
angkasa.
Hai
Panji! Buatlah peti mayat istrimu dan hanyutkanlah ke laut. Kelak, Tuhan dengan
kuasa-Nya akan mempertemukan kalian kembali,” – hal. 45
Akankah Cilinaya dan Raden Panji bisa bersatu
kembali?
Selain kelima cerita dan dongeng di atas, masih
ada lima dongeng lagi. Di antaranya Kisah Skolong, Siuk Bimbim dan Siuk Bambam,
Caadara Sang Panglima, telur Naga Putih, dan Aji Tantin.
Buku ini cocok sebagai bahan bacaan untuk
orangtua sebagai media pengantar tidur untuk anak. Disertai ilustrasi gambar
sesuai cerita. Selain itu juga memiliki pesan moral yang baik untuk anak.
Wringintelu, 19 Agustus 2016
Buku cerita seperti ini bagus banget ya Mba.. secara tidak langsung mengenalkan hal ikhwal tentang budaya juga ya..
BalasHapusSaya nggak bisa mendongeng. Saya lebih suka read aloud untuk anak-anak :)
BalasHapus