My Wishful Wednesday
Selamat malam, teman-teman
Masih terhitung hari Rabu, kan ??? hehehehe, Di hari Rabu minggu
kedua bulan Maret ini, saya ingin bercerita tentang keinginan saya memiliki
buku yang saat ini fenomenal di kalangan teman-teman saya. Bertepatan dengan Gerhana
Matahari yang terjadi di pagi hari tadi, kira-kira daerah kalian juga
kecipratan menemui kegelan, kah ? meski hanya temaram saja ? hehee atau dapat
menyaksikan gerhana itu, ? share komentar kalian nanti ya.
Tapi sebelumnya saya ingin describe
sama buku yang ingin sekali aku beli. Karya seorang penulis kenamaan yang
pastinya tidak duragukan lagi karya tulisnya. Dia bernama Tere Liye. Siapakah yang
tak kenal dengan penulis ini ? mungkinkah kalian juga penikmat karyanya,
seperti halnya diriku ? hehehee
Oh iya, buku yang saya maksud di sini adalah buku Tere Liye yang
berjudul “Hujan”. Berikut saya cantumkan review dari salahsatu akun di
goodreads.
"Barang siapa yang bisa menerima, maka dia
akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia
tidak akan pernah bisa melupakan." - (Hujan, Epilog, hlm. 318)
hadir di sini, setelah sebelumnya Ambo Uleng (dalam novel Rindu), kali ini saya bertemu dengan Hujan adalah novel yang saya datang bersama tiga novel lainnya yang saya pesan secara online. Lupa awalnya bagaimana saya bisa ketemu sama novel ini, ingatnya cuma novel ini bersanding sama novel pulang milik bang Tere Liye. Setelah menyelesaikan novel Rindu dan dibuat spechless sama pesan yang bertumpah ruah di dalamnya, novel kali ini pun sama. Selalu, bang Tere mampu menuangkan ide dalam cerita dengan sarat pesan moral. Saya dikejutkan kembali dengan nama-nama tokoh yang Esok. Karakter remaja laki-laki yang cerdas, cekatan, dan kuat. Kenapa terkejut? Karena jarang sekali saya menemukan nama-nama karakter dalam buku yang ketika disebutkan rasanya unik, dan Esok pun salah satunya.
Berlatar setting tahun 2040-an, Hujan membawa saya menemui kecanggihan teknologi tingkat dewa yang nggak bisa saya bayangkan. Butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk mengimajinasi benda sekecil jam tangan yang mampu melakukan banyak hal (hehe, saya memang jarang sekali membaca novel dengan genre scifi dan teknologi mutakhir lainnya) namun begitu selesai baca, ini termasuk salah satu novel yang harus dibaca.
Dalam novel ini, saya menemukan banyak hal. Tentang kehilangan dan penerimaan akan kehilangan itu sendiri, tentang persahabatan dan ketulusan dalam ikatan tersebut, tentang perpisahan dan cara menemukan jalan keluar agar tidak melulu galau dalam mengisi penantian panjang. Tokoh Lail mengajarkan pada saya bahwa dengan menolong banyak oarng adalah salah satu cara terbaik untuk merelakan kehilangan. Dengan memberi, kita sadar bahwa kehilangn bukanlah kepahitan hidup yang harus terus diratapi. Tidak, bukan seperti itu. Lail mengajarkan saya banyak hal. Juga Maryam. Sosok sahabat yang humoris dan selalu sanggup mencairkan suasana, selalu berada di samping Lail baik susah maupun senang, gadis berambut kribo yang berpikir dewasa, salah satu orang yang menjadi alasan Lail bertahan dari lelahnya berlari dan terjatuh dengan jarak 50 kilometer dalam hujan badai. Itu sungguh luarbiasa. Saya mau bilang kalau novel ini keren, bagus, karena membutuhkan imajinasi yang tinggi saat membacanya.
Bagi yang mencari novel sarat makna namun tidak membosankan, Hujan boleh berada di tingkat atas pencarian. Novel ini dikemas dengan ringan, alurnya memang terkesan agak lamban, tapi itu membuat saya bisa lebih memahami setiap kejadian di dalamnya. Dan akhir yang bahagia selalu membuat saya tersenyum setelah menyelesaikan sebuah bacaan. Esok, Lail, happy ending. Ah, saya suka happy ending.
hadir di sini, setelah sebelumnya Ambo Uleng (dalam novel Rindu), kali ini saya bertemu dengan Hujan adalah novel yang saya datang bersama tiga novel lainnya yang saya pesan secara online. Lupa awalnya bagaimana saya bisa ketemu sama novel ini, ingatnya cuma novel ini bersanding sama novel pulang milik bang Tere Liye. Setelah menyelesaikan novel Rindu dan dibuat spechless sama pesan yang bertumpah ruah di dalamnya, novel kali ini pun sama. Selalu, bang Tere mampu menuangkan ide dalam cerita dengan sarat pesan moral. Saya dikejutkan kembali dengan nama-nama tokoh yang Esok. Karakter remaja laki-laki yang cerdas, cekatan, dan kuat. Kenapa terkejut? Karena jarang sekali saya menemukan nama-nama karakter dalam buku yang ketika disebutkan rasanya unik, dan Esok pun salah satunya.
Berlatar setting tahun 2040-an, Hujan membawa saya menemui kecanggihan teknologi tingkat dewa yang nggak bisa saya bayangkan. Butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk mengimajinasi benda sekecil jam tangan yang mampu melakukan banyak hal (hehe, saya memang jarang sekali membaca novel dengan genre scifi dan teknologi mutakhir lainnya) namun begitu selesai baca, ini termasuk salah satu novel yang harus dibaca.
Dalam novel ini, saya menemukan banyak hal. Tentang kehilangan dan penerimaan akan kehilangan itu sendiri, tentang persahabatan dan ketulusan dalam ikatan tersebut, tentang perpisahan dan cara menemukan jalan keluar agar tidak melulu galau dalam mengisi penantian panjang. Tokoh Lail mengajarkan pada saya bahwa dengan menolong banyak oarng adalah salah satu cara terbaik untuk merelakan kehilangan. Dengan memberi, kita sadar bahwa kehilangn bukanlah kepahitan hidup yang harus terus diratapi. Tidak, bukan seperti itu. Lail mengajarkan saya banyak hal. Juga Maryam. Sosok sahabat yang humoris dan selalu sanggup mencairkan suasana, selalu berada di samping Lail baik susah maupun senang, gadis berambut kribo yang berpikir dewasa, salah satu orang yang menjadi alasan Lail bertahan dari lelahnya berlari dan terjatuh dengan jarak 50 kilometer dalam hujan badai. Itu sungguh luarbiasa. Saya mau bilang kalau novel ini keren, bagus, karena membutuhkan imajinasi yang tinggi saat membacanya.
Bagi yang mencari novel sarat makna namun tidak membosankan, Hujan boleh berada di tingkat atas pencarian. Novel ini dikemas dengan ringan, alurnya memang terkesan agak lamban, tapi itu membuat saya bisa lebih memahami setiap kejadian di dalamnya. Dan akhir yang bahagia selalu membuat saya tersenyum setelah menyelesaikan sebuah bacaan. Esok, Lail, happy ending. Ah, saya suka happy ending.
oleh karena itulah, dilihat dari covernya, novel ini sesuai dengan
keadaan musim di Indonesia saat ini. Apalagi syarat makna kalau penulisnya
seorang Tere Liye. Hehehe. saya ingin sekali membaca novel yang berisi tentang
cerita persahabatan, cinta, keluarga, hujan, dan melupakan yang terdapat di
novel “Hujan” ini. Dan semoga saja saya berkesempatan untuk memiliki novel ini.
Amin
mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan malam ini ya man
temans, see you at the next Wednesday.
Oke. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya. ^_^
Oh iya, kalian bisa share Wishful
Wednesday buku yang ingin dimiliki, sesuai petunjuk di bawah ini ya teman
^_^
·
Buat
posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang
berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu
ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya
sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam
wishlist kalian ya!
· - Tinggalkan link postingan Wishful
Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah
post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
· - Mari
saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari
Rabu =)
Terima kasih sudah berkunjung ^_^
aku blm ada rencana beli buku. bukuku msh numpukkkkk
BalasHapusNovel hujan ini agak sinetron banget mbak Rohmah. Aku lebih suka yang novel Pulang. Tapi yang paling suka bukunya Tere Liye, yang Rembulan Tenggelam di Wajahmu *seneng ternyata sama-sama suka Novel Tere Liye
BalasHapuswaah ada tere liye lagi :) semoga terkabul yaaa
BalasHapus