Judul : BLINDNESS
Pengarang : Jose Saramago
Diterjemahkan dari : ENSAIO SOBRE A CEGUIERA
Desain Sampul : Apung Donggala
Layouter : Husni Kamal
Penerjemah : Tim Matahari
Editor : Khabibah Ali
Proofreader : Ahwa N.
Cetakan : I, November 2015
Halaman : 488
ISBN : 978-602-372-045-3
Penerbit : Matahari
Harga : Rp. 85.000
Rate : 3 Dari 5
Cover Novel Blindness - Penerbit Matahari |
-Blurb-
Seorang pengemudi medadak buta di tengah lalu lintas kota yang ramai.
Seorang bocah, pelacur, pencuri mobil, polisi, juga mendadak buta. Bahkan
seorang dokter mata yang sedang mendiagnosa penyakit ini pun tidak bisa
terhindar dari penyakit aneh yang sama.
Buta putih. Dunia tak menjadi gelap, tapi justru memutih, seperti susu.
Ini adalah penyakit menular, menyebar ke seluruh kota. Pemerintah tak bernama,
pejabat tak bernama, dan tentara-tentara yang juga tak bernama mencoba
mengkarantina mereka. Pemberontakan pun pecah, dan neraka segera menghadang.
Lihatlah ke masa depan selagi anda masih bisa.
***
“Ironis dan penuh emosional dari
seorang master sastra,”
- Boston Globe
Blindness - karya dari Jose Saramago ini pernah
meraih juara sebagai pemenang Novel Sastra di Tahun 1998. Novel ini kental akan
sastra di dalamnya. Meski sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maksud
dari karya besar ini masih terasa. Bahwasanya kita sebagai manusia patutlah
bersyukur dan perlu merencanakan apa yang kita harapkan untuk masa depan kita
yang lebih baik,
Novel
ini diawali dengan kisah adanya seorang lelaki yang mengemudikan mobilnya di
tengah-tengah lalu lintas kota, namun tiba-tiba buta. Dan akhirnya, lelaki buta
pertama tadi diantarkan pulang seorang lelaki juga yang ternyata
memanfaatkannya dengan mencuri mobilnya.
Khawatir
dengan yang dialami suaminya, istri lelaki buta pertama membawanya ke sebuah
tempat praktik dokter di sekitar rumahnya. Di sana, ada banyak pasien yang
hampir memiliki penyakit yang sama dengan lelaki buta pertama tersebut. Ada
bocah bermata juling bersama ibunya, gadis berkacamata hitam, dan lelaki
bertampal mata hitam.
Mengetahui
gejala yang menimbulkan kebutaan pada lelaki buta pertama itu tidaklah sesuai
dengan prakiranya. Dokter tidak dapat menafsirkan jenis penyakit apakah yang
dideritanya. Karena kasus itu memang belum pernah dikenal dalam sejarah ilmu
kedokteran.
“Maksud saya adalah, kalau nyatanya anda buta, maka kebutaan anda saat ini tidak bisa dijelaskan, - Hal. 27
Begitu
sampai di rumahnya, Dokter menceritakan perihal kasus yang dialami pasiennya
kepada istrinya. Bahwasanya lelaki buta pertama itu mendadak kehilangan
penglihatannya secara total. Dia hanya bisa melihat segalanya putih. Sejenis
putih susu yang total menempel di matanya, - Hal. 33.
Penasaran
dengan kondisi itu, Dokter pun membuka kembali bukunya dan mencari penyebab
kebutaan itu. Hingga keesokan harinya, ia mendapati dirinya tak lagi dapat
melihat atau buta. Begitu pula yang dialami oleh gadis berkamata hitam, pencuri
mobil dari lelaki buta pertama, lelaki tua bertampal mata hitam, beserta
orang-orang lainnya.
“Bukan, seorang lelaki dan perempuan,
mereka menemukan lelaki itu berteriak di
jalan bahwa dia buta, dan perempuannya ada di hotel ketika menjadi buta, tampaknya
dia sedang di ranjang dengan seseorang.” – Hal. 55
“Kalau ada orang yang diduga terinfeksi menjadi buta, cepat atau lambat dengan sendirinya memang akan terjadi. Anda boleh yakin Bapak Menteri, bahwa mereka yang masih bisa melihat akan langsung mengusirnya.” Hal. 61
Sampai
akhirnya, pemerintah turun tangan dengan menyediakan tempat untuk isolasi para interniran
buta beserta orang-orang yang diduga terinfeksi di sebuah rumah sakit jiwa yang
tak lagi dipakai. Tempat itu terbagi menjadi dua bagian. Untuk sayap gedung
sebelah kiri, dihuni oleh mereka yang diduga terinfeksi, dan sayap gedung
sebelah kanan dihuni oleh mereka para interniran buta. Di karantina itu, hanya istri dokter yang
tidak mengalami kebutaan.
“Tidak sayangku, kau tak bisa
memaksaku, aku tinggal di sini untuk membantumu dan orang lain yang mungkin
datang kemari. Tetapi jangan bilang-bilang kalau aku bisa melihat.” Hal. 63
Ada
banyak sekali cerita selama berada di karantina tersebut. Penuh perjuangan
antara sesama interniran buta. Tragedi yang menyebabkan matinya seorang pencuri mobil,
instruksi-instruksi dari tentara yang
ternyata tidak bisa dijalankan dengan baik, serta ulah para interniran
buta yang tak dapat mengkoordinir diri mereka masing-masing pun menjadi bumbu
dari cerita ini. Apalagi istri dokter hidup di antara mereka para interniran
buta. Bisa dibayangkan, ia akan melihat apa yang dilakukan orang-orang di
sekitarnya, sedang mereka tak mengetahui jika aktivitasnya diketahui oleh
seseorang.
Bagaimana
jadinya jika para interniran buta bercampur menjadi satu di sebuh tempat?
Bagaimana mereka dapat makan, minum, mandi, buang kotoran, serta melampiaskan
nafsu mereka? Apakah mereka bisa lolos dari karantina itu dan menyatu dengan
para interniran buta yang tersebar di luar karantina? Bayangkanlah jika hal itu
benar-benar terjadi. Dan selebihnya, temukan sendiri kisah lengkapnya di buku
“Blindness” ini.
***
Dalam
novel ini pembaca disuguhi banyak kosakata baru tentang dunia kedokteran.
Pembaca juga akan larut dalam alur cerita yang ada. Karena Blindness ini syarat
akan makna. Pembaca pasti dapat memetik sendiri buah pikiran dari Jose Saramago
dalam novelnya ini.
Dengan
membaca buku ini, pembaca akan mendapatkan gambaran jika kita tak memiliki
harapan untuk masa depan, kita bisa diperumpakan akan seperti orang buta. Maka dari itu, selagi bisa memandang, pandanglah. Dan selagi bisa melihat,
amatilah. Begitulah seperti quote yang
ada di halaman awal novel ini.
Jujur,
saya sangat suka dengan novel ini. Karena penulis pintar dalam mengasah kalimat
sastranya. Namun sayangnya, sudut pandang yang dipakai tidak bisa konsisten
pada satu titik. POV yang pertama hingga pertengahan memakai orang ketiga,
namun mendekati bab akhir, POV nya berubah menjadi orang pertama, namun masih
dilanjutkan dengan sudut pandang orang ketiga lagi. Sehingga lumayan rumit
proses mencernanya.
Selain
itu, proses penerjemahannya juga tidak stabil. Karena ada beberapa kata yang
berulang-ulang, sehingga tidak bisa sesuai dengan konteks kalimatnya. Tak hanya
itu, ada juga kesalahan penulisan kata serta tanda baca yang kurang tepat
sesuai kaidahnya.
Namun,
dibalik semua itu, Novel ini recommended untuk
dibaca. Karena kalian akan dapat menyelami tulisan Jose Saramago ini dan
mendapatkan berbagai keterkejutan yang tak akan bisa kalian bayangkan
sebelumnya dari Judul Blindness.
Berikut
saya cantumkan sebagian kata-kata yang ada di dalam Novel Blindness ini. Semoga
bermanfaat ^_^
- “Mereka
bilang buta itu hitam, nyatanya kulihat semua putih. Pertempuran itu mungkin
benar, bisa saja masalahnya pada syaraf. Syaraf itu iblis,” – Hal. 8
- “Hei,
jangan pikirkan itu, hari ini anda, besok giliran saya. Kita tak pernah tahu
nasib apa yang menunggu di depan kita,’ – Hal. 9
- “Apa
yang kulakukan di sini dengan bunga-bunga dipangkuanku, dan mata yang tertutup
seakan-akan aku takut membukanya,” – Hal. 15
- Sekadar
berjaga-jaga, saya tak ingin memberi harapan yang mungkin saja ternyata salah.
- “Harga
seorang dokter setara dengan sejumlah orang,” – Hal. 45
-
Malapetaka ini tak lebih dan tak kurang berupa sebentuk kebutaan yang hingga
kini belum dikenal, dengan tampilan amat menular, dan tampaknya hadir tanpa
didahului gejala patologis awal yang mencurigakan peradangan, infeksi, atau
kemerosotan. – Hal 46
-
Kebutaan bukanlah sesuatu yang dapat berjangkit hanya karena seorang buta
memandang orang yang tidak buta. Kebutaan adalah persoalan pribadi antara
seseorang dengan mata yang sudah bersamanya sejak lahir. – Hal. 48
-
Inilah asal-usul kita, setengah ketidakpedulian dan setengah kebencian. – Hal.
51
Selamat membaca.
^_^
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya...
^_^